Searching...
Jumat, 24 Oktober 2014

Kurang Pengawasan, BPOM Pusat Tegur Dinkes Depok dan Bogor

DEPOK - Terbongkarnya pabrik mie basah yang menggunakan formalin di Citayam, Kabupaten Bogor, membuat Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Pusat berang kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok dan Kabupaten Bogor. Itu dikarenakan dua instansi pemerintah daerah ini tidak melakukan pengawasan yang melekat dari ke sejumlah pasar tradisional. Sehingga, diperkirakan peredaran makanan yang mengandung berbahaya itu terus beredar dan dikonsumsi masyarakat.

Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, BPOM Pusat, Mustofa mengatakan, penyebab peredaran makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya itu disebabkan lemahnya pengawasan dari dua instansi pemerintah daerah tersebut. Dimana kedua Dinkes yang ada diwilayah Jawa Barat ini tidak melakukan uji sampel seluruh makan yang dijual para pedagang. Baik itu di pasar tradisonal dan pasar modern.

“Seharusnya setiap bulan mereka ambil sampel dari pasaran dan menguji cobanya dilaboratorium. Ya justru selama ini ke dua intansinya tidak melakukan uji sampel. Sudah jelas semua terjadi karena tidak adanya pengawasan, jika ada tidak mungkin ada pabrik mie berformalin yang kami gerbek,” katanya saat dihubungi INDOPOS, Senin (13/10).

Mustofa mengungkapkan, tidak hanya mie berformalin saja yang tersebar di dua kawasan itu. Dari beberapa sampel makanan lain seperti bakso dan makanan lain pun telah mereka sita dari Depok dan Kabupaten Bogor karena mengandung borak.

Bahkan, kadar bahan kimia sebagai pengawet makanan yang sangat merusak kesehatan tubuh itu dilakukan pemilik pabrik rumahan dikawasan tersebut.

“Ada banyak sampel yang kami temukan di Depok dan Kabupaten Bogor. Mulai dari cendol, tahu sama dan beberapa makanan lain. Kadar formalin sama boraknya 1,5 miligram, dan semua tersebar dipasar tradisional sama pasar moderen Depok dan Bogor,” jelasnya.

Dari data hasil uji sampel BPOM, pada 2011 jumlah makanan yang mengandung bahan berbahaya ditemukan sebanyak 70 jenis dan semua disita dari beberapa pasar di Depok dan Bogor. Kemudian, pada 2012, lalu, meningkat menjadi 75 jenis makanan yang mengandung formalin.

Selanjutnya, pada 2013 di dapatkan 88 makanan mengandung bahan berbahaya. Seluruh makanan itu disita dan ditarik dari peredaran. Dari seluruh makanan itu mereka pun memanggil 45 pemilik pabrik rumahan yang menyuplai dan menyebarkan panganan tersebut.

Menurutnya, meningkatnya peredaran makan berbahaya itu lantaran kurangnya sosialisasi dari Dinkes Kota Depok dan Kabupaten Bogor kepada pemilik pabrik makanan rumahan yang ada. Selain itu juga sosialisasi kepada masyarakat tidak dijalankan. Ditambah pola perilaku konsumen yang tidak mau ambil pusing dengan hal itu membuat peredarannya semakin luas.

“Selain kurang sosialisasi, ketidakperdulian konsumen pun membuat pelakunya bebas memproduksi makanan berbahaya. Inilah yang seharusnya tangungjawab bersama. Harusnya itu perlu diperhatikan oleh Dinkes setempat,” ujar Mustofa

Untuk itu, sambung Mutofa, pihaknya meminta Dinkes Depok dan Kabupaten Bogor segera bekerja sama melakukan pengawasan melekat terhadap uji sampel seluruh makanan yang beredar diwilayah masing-masing.

Mereka juga akan berkoordinasi dengan BPOM Jawa Barat untuk mendata kembali hasil riset dan pengawasan yang dilaporkan instansi kesehatan di daerah itu.

Seperti diberitakan sebelumnya, pada sekitar pukul 01.00, pada Sabtu (11/10) BPOM Pusat dan Dirkrimum Mabes Polri menggerbek dua pabrik pembuat mie basah berformalin di Pasar Citayam, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor.

Dalam pengerbekan itu ditemukan bahan pengawet makanan berbahaya yakni formalin atau obat pengawet jenazah oleh para pekerja. Dari dua pabrik itu tim menemukan dua karung formalin yang sudah digunakan untuk campuran 6 ton mie basah.

Mereka pun menyita bahan kimia berbahaya itu bersama alat pencetak mie dan ratusan kilogram mie yang dibungkus plastik siap edar. Serta beberapa alat pendingin mie.

Seluruh barang itu diangkut menggunakan truk untuk dijadikan barang bukti penyelidikan. Bahkan pemilik pabrik mie basah Lilik Supriadi, 47, ikut dibawa dan diperiksa oleh BPOM Pusat.(cok, SUmber: indopos.co.id, SUMBER LAIN)

Semua informasi terbaru tentang produk Easy Test dapat anda lihat di, WEBSITE EASY TEST atau di BLOG TEST KIT SHOP

Informasi dan Pemesanan:
Email ke easy4test@yahoo.com / easy4test@gmail.com atau hubungi 085310135381, 085779721597, 087889441075.

Note:
ET Group memproduksi beberapa test kit analisis mutu pangan bermerk Easy Test dengan jenis varian antara lain Test Kit Formalin, Test Kit Boraks, Test Kit Methanil Yellow, Test Kit Rhodamine B, Test Kit Mutu Pangan 4 Varian, Test Kit Formalin Paket Industri, TEST KIT MUTU PANGAN 4 VARIAN (PAKET INDUSTRI), Test Kit Sianida, Test Kit Peroksida, Test Kit Hipoklorit (Kaporit), Test Kit Siklamat, Test Kit Sakarin, Test Kit Asam Salisilat, Test Kit Alkalinitas (Alkalinity), Test Kit Asam Sorbat, Test Kit Benzoat, Test Kit Oksalat (Oxalate), Test Kit Tiosianat (Thiocyanate), Test Kit Nitrit, Test Kit Iodat, Test Kit Oksalat, Test Kit Potassium Bromate (Kalium Bromat) dan macam-macam test kit lainnya.

EASY TEST KIT WEB SUPPORT - BAHASA INDONESIA: Easy Test Support, Penawaran Jual, Katalog Produk, ENGLISH LANGUAGE: Easy Test Support, Selling Offers, Products Catalog.

WEB SUPPORT RESMI CV. ET GROUP: CV. ET GROUP Business, Test Kit Shop, dan Easy Test Kit Info.
bahan berbahaya, bahan tambahan pangan, berita bahan berbahaya, berita kami, boraks, easy test info, formalin, methanil yellow, rhodamine b, test kit, tips cerdas

0 komentar:

Posting Komentar

 
Back to top!